Siswa SMAN 1 Situbondo menggelar aksi protes kepada kepala sekolah. (Foto: Syamsuri/Suara Indonesia) SUARA INDONESIA, SITUBONDO – Ratusan siswa dan siswi SMAN 1 Situbondo, Jawa Timur, menggelar aksi unjuk rasa menuntut kepala sekolahnya diganti. Aksi tersebut dilakukan lantaran kepala sekolah yang memimpin saat ini dianggap otoriter, sehingga mengurangi semangat siswa belajar di sekolahnya. Protes yang dilakukan siswa ini dengan cara menempel tulisan di jendela kelas hingga di pintu ruang kepala sekolah. Salah satu anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS SMAN 1 Situbondo, Bagus Risky Mardika Pratama mengatakan, aksi ini menuntut agar kepala sekolah diganti. Sebab, kebijakan yang dilakukan selama ini banyak merugikan siswa. Di antaranya saat pertama menjabat ada larangan siswa mengumandangkan adzan saat mata pelajaran dimulai dan ada juga guru dipindah. “Selain itu, kegiatan siswa dibatasi waktunya padahal sebelumnya ciri khas SMAN 1 Situbondo adalah kegiatannya. Padahal kalau dulu hingga larut malam, pernah sampai jam satu malam, walaupun istirahat hanya waktunya empat jam, tetapi siswa merasa enjoy dan senang-senang saja. Nah, sekarang itu dibatasi hanya jam setengah enam malam, walaupun begitu rasanya kayak lama,” ujarnya Selanjutnya Bagus menceritakan, kepala sekolah ini kebijakannya menuntut siswa untuk berprestasi dalam waktu sebulan. Anehnya, siswa justru dipersulit perizinannya. “Bahkan ada anak yang berbakat di bidang nonakademik membangkang atau melawan karena dipersulit perizinannya. Me rasatak kerasan akhirnya pindah ke SMAN 2 Situbondo,” imbuh siswa kelas XI P1 tersebut. Kata Bagus, sebenarnya aksi ini pernah ada rencana sebelumnya, namun karena informasi aksi tersebut bocor akhirnya gagal dilaksanakan. Hingga bertepatan ada peristiwa penebangan sejumlah pohon oleh pihak sekolah yang membuat kondisi lingkungan SMAN 1 Situbondo menjadi panas, sehingga mengganggu kegiatan belajar. Dan s eluruh Siswa SMAN 1 Situbondo tidak dapat lagi berteduh. Dengan begitu, akhirnya melampiaskan kekecewaannya dan menuntut agar kepala sekolah diganti. “Padahal pohon yang ditebang tersebut sebagai tempat siswa untuk berteduh setiap jam istirahat. Nah ketika ditebang suhu di ruang kelas terasa panas walaupun sudah ada pendinginnya,” terangnya. Sementara itu, Kepala SMAN 1 Situbondo, Martha Mila Sugghesti menyangkal bahwa kebijakan yang dia buat adalah sepihak dan tidak melibatkan siswa. Dia mengklaim semua kebijakan yang dibuat telah melibatkan wali murid dan komite sekolah, sebelum dijadikan kebijakan atau aturan. “Semua aturan yang dibuat ini atas persetujuan wali murid dan komite sekolah, bukan atas kemauan saya pribadi. Ini semua kita lakukan semata-mata untuk kepentingan dan kemajuan SMAN 1 Situbondo,” elak Martha saat dikonfirmasi. Saat ditanya perihal aksi demonstrasi siswanya, Martha menuturkan, itu bukanlah demo melainkan bentuk kecintaan siswa terhadap sekolah dan bentuk demokrasi berpendapat. “Ini hanya ada miss komunikasi, ada informasi yang terputus dan tidak tersampaikan kepada siswa sehingga siswa merasa tidak dilibatkan. Saya senang dengan siswa saya yang berani mengungkapkan perasaan mereka atas sekolah yang mereka cintai,” ujar Martha. Sementara terkait penebangan pohon, Martha berdalih semua dilakukan karena aspek keselamatan siswa. “Ditebang demi keselamatan siswa,” jawabnya. Dikonfirmasi terpisah melalui sambungan telepon, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Situbondo-Bondowoso Provinsi Jawa Timur, Slamet Riyadi mengungkapkan, dirinya sudah menerima informasi tersebut, terutama mengenai aksi protes siswa terkait penebangan pohon di SMAN 1 Situbondo. “Kemarin, Rabu (3/1/2024) saya sudah ke SMAN 1 Situbondo, saya cek langsung dan meminta Pihak sekolah untuk mengatasi hal tersebut dan jangan sampai hal serupa terjadi lagi, laporannya sudah saya sampaikan ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Untuk yang aksi hari ini akan dilakukan peninjauan kembali dan akan dibuatkan laporan lagi untuk disampaikan ke provinsi,” ujarnya. Selain itu, Selamet Riyadi juga mengatakan jika dibutuhkan nantinya Dinas Pendidikan Jawa Timur akan mengirimkan petugas untuk turun langsung mengecek kebenaran serta meminta Martha Mila Sugghesti menjelaskan dan melaporkan dari versi dirinya. “Walaupun ada protes dari siswa dan viral tidak lantas langsung diambil tindakan, harus berimbang yaitu kita dengarkan dulu penjelasan dari pihak sekolah seperti apa, baru bisa diambil tindakan,” ungkapnya. Terkait kemungkinan kepala sekolah diganti atau tidak, Selamet Riyadi mengatakan harus melalui kajian serius. “Ya itu tadi harus ada kajian mendalam, kita kumpulkan fakta di lapangan dulu, keterangan siswa dan keterangan sekolah, serta wali murid. Setelah itu baru bisa diambil keputusan seperti apa nantinya,” pungkasnya.
Pewarta: Syamsuri
Editor: Mahrus Sholih
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA