Solusi Paradoks Indonesia: Menuju 100 Tahun Indonesia Merdeka (Mewujudkan Ekonomi Rakyat)

by -82 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari buku: Paradoks Indonesia dan Solusinya]

Meraih Demokrasi Rakyat

Sungguh sayang jika kita tidak belajar dari sejarah. Sejarah dunia telah mengajarkan kepada kita bahwa demokrasi hanya bisa dipertahankan jika para pemimpin yang mengikuti demokrasi dapat membuktikan bahwa mereka menyediakan tata pemerintahan yang terbaik, yang sesuai dengan keinginan rakyat.

Kita Membutuhkan Pejuang Penyelamat Demokrasi

Para pendahulu kita, para pemimpin kemerdekaan Indonesia, telah menetapkan demokrasi sebagai landasan negara kita. Demokrasi berarti struktur pemerintahan, dan kebijakan pemerintah ditentukan oleh rakyat Indonesia sendiri.

Namun, saudara-saudara, demokrasi kita saat ini dalam ancaman. Demokrasi kita terkungkung. Demokrasi kita bisa diserang. Demokrasi kita saat ini bisa dihancurkan dengan politik uang.

Kita tidak perlu berpura-pura. Kita bisa bertanya kepada mereka yang telah berpengalaman dalam kontes politik. Berapa miliar modal yang dibutuhkan untuk maju sebagai bupati? Berapa puluh miliar untuk maju sebagai walikota? Berapa ratus miliar untuk maju sebagai gubernur? Politik uang membahayakan demokrasi Indonesia. Ini berarti bahwa orang-orang yang mengendalikan uang, mereka mengendalikan kedaulatan politik Indonesia.

Kita menginginkan demokrasi. Demokrasi adalah sistem orang beradab. Namun, jika demokrasi dieksploitasi, dipalsukan, atau dimanipulasi, itu berarti kita tidak perlu terlalu santun. Kita tidak perlu terlalu patuh.

Kita harus yakin bahwa rakyat memerlukan sebuah gerakan yang berani, bersih, jujur, dan mulia untuk memperbaiki demokrasi kita. Gerakan untuk mewujudkan demokrasi rakyat. Gerakan yang mencintai tanah air, yang ingin membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terhormat. Kita harus yakin bahwa itulah harapan rakyat kita.

Namun sebagian besar rakyat kita tidak bisa bersuara. Kepada Anda yang sedang membaca buku ini, saya mengajak Anda untuk bersama-sama menjadi suara bagi mereka.

Kita harus menjadi hati mereka. Kita harus menjadi pemimpin mereka. Kita harus menjadi pelindung mereka. Kita tidak boleh lelah, tidak boleh mundur, tidak boleh takut, tidak boleh gentar.

Kita harus percaya bahwa, apa pun kesulitannya, yang benar akan menang meskipun harus menunggu dan bersabar. Yang zalim akan selalu kalah. Itulah pelajaran dari sejarah. Yang jahat pasti akan kalah pada akhirnya.

Kita harus yakin, dan jika kita setia, jujur, bersih, dan tetap setia pada cita-cita negara kita, insya Allah kita akan menjadi penyelamat masa depan bangsa Indonesia.

Berikut ini saya sampaikan, dua tugas besar yang menurut saya wajib kita lakukan untuk mewujudkan demokrasi yang kita idamkan.

Pertama, kita harus memastikan supremasi hukum. Kedua, kita harus mengejar dan menangkap koruptor.

Tugas Kita: Menjamin Supremasi Hukum

Kita tidak boleh menyerahkan demokrasi kita kepada preman bayaran. Kita menginginkan kedamaian, jadi kita tidak boleh diam jika ada yang melanggar hukum yang kita harapkan.

Kita harus mengatakan kepada mereka yang merasa berada di atas hukum: “Jika Anda melanggar hukum, Anda harus siap menghadapi risiko dari tindakan Anda. Siapa yang menabur angin, akan menuai badai, saudara-saudara sekalian.”

Menghadapi hal ini, saya pernah bertanya kepada kader-kader Partai GERINDRA. Apakah kamu takut dengan preman-preman itu? Jika ada yang terancam dalam berdemokrasi, seluruh Indonesia terancam. Jika sekutu dalam berdemokrasi terganggu, seluruh Partai GERINDRA terganggu.

Kita selalu menginginkan kedamaian, kita selalu ingin damai, karena kita membutuhkan keutuhan dan persatuan dalam menghadapi situasi yang sulit. Namun, kita juga tidak boleh menjadi penakut. Kita tidak boleh menjadi boneka yang bisa diperintah, apalagi ditipu dan diperdaya.

Kita harus berani menegakkan kebenaran, keadilan, dan kejujuran pada waktunya. Jangan biarkan orang menambahkan hantu ke daftar pemilih. Jangan diam saat kotak suara dibuka di luar proses yang telah disepakati bersama. Kita harus bersuara melawan ketidakadilan.

Dengan adanya internet, Facebook, Twitter, Instagram, dan media sosial lainnya sekarang, jika kita melihat seorang pejuang yang tidak bersalah, tetapi difitnah, kita harus bersuara, harus membela, meskipun mungkin media tidak meliput karena sudah dibeli oleh pihak tertentu.

Tugas Kita: Kejar dan Tangkap Koruptor

Korupsi di Indonesia sudah sangat parah. Jika yang bocor 5%, kita sebagai orang Indonesia mengatakan, “Biasa saja.” Jika 10% bocor, “Lumayan, bersama teman 10% boleh.” Jika 15% bocor, “Sudahlah.” Jika 20% bocor, mungkin masih bisa dimaklumi.

Saat ini, saya catat bahwa semakin banyak kasus di mana 80% uang bocor. Jika ada proyek pembangunan jembatan, seringkali roboh tanpa ada gempa. Jika ada gedung yang belum diresmikan, roboh dengan sendirinya.

Sejarah manusia, sejarah peradaban manusia menunjukkan bahwa negara yang tidak mampu mengatasi korupsi di pemerintahannya, negara itu akan runtuh.

Mohon dicatat pernyataan saya ini. Jika bangsa Indonesia tidak mampu mengurangi korupsi yang merajalela, maka bangsa ini akan gagal. Ini adalah pelajaran dari sejarah. Tidak perlu diragukan lagi.

Dengan adanya korupsi, semua aparat pemerintah menjadi lemah. Dengan adanya korupsi, tidak akan cukup uang untuk memberikan layanan kepada rakyat. Dengan adanya korupsi, negara tidak memiliki dana untuk membeli atau memproduksi pesawat untuk angkatan udara, kapal patroli untuk angkatan laut, peralatan untuk angkatan darat, atau perlengkapan untuk aparat kepolisian.

Jika tentara, angkatan udara, angkatan laut, angkatan darat, dan polisi lemah, jika jaksa dan hakim lemah serta korup, negara ini dapat gagal. Kita sudah merasakan semuanya. Kita sudah merasakan semua kendala yang kita hadapi saat ini.

Sebelum pandemi COVID-19 melanda, pertumbuhan ekonomi ada. Konsumsi kita meningkat. Namun, semuanya rapuh. Saya telah berbicara dengan beberapa ahli, dan kondisi bangsa kita saat ini sangat rentan.

Karena kekuatan koruptor sangat besar dan kuat, perjuangan kita tidaklah mudah. Perjuangan kita berat. Semakin kita kuat dalam mendukung rakyat, semakin banyak rintangan yang akan kita hadapi.

Kita tidak boleh membiarkan kekayaan bangsa terus-menerus dirampok. Dan, kita tidak boleh membiarkan para koruptor bebas berkeliaran.

Kita harus mendorong penegak hukum untuk mengejar mereka hingga ke ujung dunia.

Untuk memberantas korupsi di Indonesia, kita juga harus memberikan contoh. Harus “ing ngarso sung tulodo”, memberikan contoh yang baik. Kita harus berkontribusi dengan politik yang bersih, politik yang menegakkan kebenaran dan keadilan. Jika orang lain belum bisa, kita harus bisa.

Kita harus “sabdo pandito ratu”. Ucapan kita harus dipegang. Jangan berubah pendirian. Jangan bilang “ya” jika sebenarnya “tidak”. Jangan memberi janji yang tidak bisa dipenuhi, karena itu juga termasuk korupsi.

Sumber: https://prabowosubianto.com/solusi-paradoks-indonesia-menuju-100-tahun-indonesia-merdeka-mewujudkan-ekonomi-rakyat/

Source link