Enabling Key Goals: Halting Resource Outflow and Amplifying Domestic Production

by -79 Views

Oleh: Prabowo Subianto [dikutip dari buku “Strategi Transformasi Nasional: Menuju Indonesia Emas 2045,” halaman 207-209, edisi softcover ke-4]

Nasib bangsa kita ada di tangan kita sendiri. Jika kita tidak mengambil langkah-langkah berani untuk memperbaiki situasi kita, keadaan negara kita hanya akan semakin buruk. Oleh karena itu, dalam buku ini, saya menjabarkan tanggung jawab kolektif kita.

Pertama-tama, kita harus menjaga kekayaan nasional. Kita perlu menghentikan aliran kekayaan nasional ke luar negeri sehingga kita memiliki dana untuk membangun pabrik dan meningkatkan produksi nasional. Jika kita membiarkan kekayaan kita terus mengalir keluar, akhirnya kita akan kehabisan sumber daya untuk memperbaiki apapun.

Kita seharusnya memiliki pabrik mobil Indonesia sendiri. Mengingat kita memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mengapa tidak memproduksi mobil listrik? Orang Indonesia membeli sejuta mobil setiap tahun. Bukankah sudah saatnya beberapa di antaranya adalah buatan Indonesia?

Kita juga membutuhkan pabrik sepeda motor Indonesia, manufaktur pesawat sendiri, dan memperkuat PTDI (Indonesian Aerospace). Produksi kereta api kita harus diperkuat, begitu pula industri pembuatan kapal kita. Dengan mempromosikan produksi dalam negeri, generasi muda Indonesia akan memiliki kesempatan pekerjaan yang berharga dan layak. Kita tidak ingin anak-anak kita menjadi buruh selamanya.

Ini adalah inti dari strategi ekonomi yang disajikan dalam buku ini: Meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Produksi nasional berarti barang untuk pasar Indonesia dibuat oleh orang Indonesia, di Indonesia, menggunakan bahan-bahan Indonesia. Jika pasar lain ingin membeli, itu adalah bonus. Saya juga ingin kita mengekspor barang buatan Indonesia ke luar negeri.

Jika produksi kita kuat, jika kita meminimalkan impor dan menciptakan barang-barang bernilai ekonomis, terutama dalam makanan, pakaian, kebutuhan pokok, dan energi, itu adalah nilai nyata, bukan? Mata uang kami secara alami akan menguat. Orang akan mencari dan membeli rupiah. Kekuatan mata uang mencerminkan produktivitas suatu bangsa. Jika produktivitas kita kuat, mata uang kita akan stabil.

Melihat periode tahun 2003-2013, mata uang kita relatif stabil selama sepuluh tahun. Mengapa? Karena ekspor kita kuat. Namun, ekspor tersebut bergantung pada bahan mentah dan komoditas. Sayangnya, selama sepuluh tahun yang menguntungkan itu, kita tidak beralih untuk memperkuat produksi atau menambah nilai melalui pengolahan.

Namun, saya tetap sangat optimis. Kita memiliki kekuatan mendasar dan kemampuan yang melekat. Kita hanya memerlukan manajemen yang cepat dan cerdas. Indonesia telah menyia-nyiakan terlalu banyak kesempatan. Dengan strategi nasional yang tepat, saya yakin Indonesia dapat membangun kekuatan industri yang dihormati. Kita akan memiliki produk industri yang dihormati. Dan pada akhirnya, rupiah kita akan kuat.

Source link