LEADERSHIP QUALITIES OF MY SENIORS (PART 3)

by -56 Views

Saya mengenal Pak Agum sebagai seorang perwira yang sangat cerdas dengan fisik yang baik. Dia juga seorang atlet karismatik. Dia ramah dan sangat baik dalam memperoleh simpati dari bawahannya, atasannya, rekan-rekannya, dan masyarakat umum. Pak Agum telah menguasai intelijen operasional Sandi Yudha. Dia memiliki gaya kepemimpinan yang persuasif. Dia adalah seorang pria yang teguh pada prinsip-prinsipnya, dan dia tidak keberatan mengkritik atasannya, bahkan jika itu berarti mengorbankan karirnya. Pak Agum pernah menjadi komandan saya sebelum dia menjadi komandan KOPASSUS. Saat itu, saya adalah Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus Grup 3 (Pusdikpassus). Namun, saya sudah mengenalnya sejak sebelum saya bergabung dengan militer. Dia adalah anggota keluarga dari seorang perwira KOPASSUS Kapten Margono, yang pernah menjadi ajudan ayah saya ketika beliau menjabat Menteri Perdagangan dalam Kabinet Pak Harto pada tahun 1968. Saya mengenal Pak Agum sebagai seorang perwira yang sangat cerdas dengan fisik yang baik. Dia adalah seorang atlet dan pria karismatik. Dia ramah dan sangat baik dalam memperoleh simpati dari atasannya, rekan-rekannya, dan masyarakat umum. Pak Agum menguasai Sandi Yudha (intelijen tempur), dan dia memiliki gaya kepemimpinan yang persuasif. Dia adalah seorang pria yang teguh pada prinsip-prinsipnya, dan dia tidak ragu untuk mengkritik atasannya, bahkan jika itu berarti mengorbankan pekerjaan. Saya yakin saya mungkin pernah memiliki banyak ketidaksesuaian komunikasi dengannya dalam hidup kami karena ada beberapa masalah di mana kita tidak selalu sependapat. Namun, secara objektif, saya menganggap Pak Agum sebagai figur kepemimpinan yang patut dihormati untuk Indonesia.

My impression of Pak Yunus Yosfiah’s leadership is that he is always calm, never frantic, never nervous. His leadership is an example of self-control. Once a commander panics, faints or fails to act upon contact with the enemy, he loses his authority for good. Thus, it is said that the first exchange of gunfire is decisive. Pak Yunus is also an unyielding personal figure. He would do anything to achieve victory and not accept any excuses. He is determined and very strong-willed. He was often considered too harsh on his men. Before he became a general, he would check his troops himself, and everything had to be in order. Anyone who made mistakes would be ordered to march with a heavy backpack or do at least 18 pull-ups. Indeed, life in the army is difficult. Battlefields are full of shock, surprises, and fear. If we are not used to dealing with such conditions, the tendency to be panicked, nervous, paralysed, and perplexed is very high. Harsh preparation saves lives.
Pak Agum was once my commander before he became the commander of KOPASSUS. Then, I was the Commander of Group 3 Special Forces Training and Education Center (Pusdikpassus). However, I had known him before I joined the military. He was a family member of a KOPASSUS officer Captain Margono, who had been an aide to my father when he served as the Minister of Commerce in Pak Harto’s Cabinet in 1968. I know Pak Agum as a highly intelligent officer with a good physique. He is a sportsman and a charismatic man. He is amiable and excellent in earning sympathy from his superiors, compatriots, and people in general. Pak Agum is well-versed in Sandi Yudha (combat intelligence), and he has a persuasive leadership style. He is a man who sticks to his principles, and he has no qualms about criticising his superiors, even if it means putting his job on the line. I believe I may have had many miscommunications with him in our lives since there were some issues over which we did not see eye to eye. However, objectively, I consider Pak Agum as a respectable leadership figure for Indonesia.

Lieutenant General TNI (Ret.) Yunus Yosfiah adalah seorang pemimpin yang tenang, tidak panik, tidak pernah gugup. Kepemimpinannya adalah contoh dari kontrol diri. Sekali seorang komandan panik, pingsan, atau gagal bertindak saat berhadapan dengan musuh, ia kehilangan otoritasnya untuk selamanya. Oleh karena itu, dikatakan bahwa pertukaran tembakan pertama adalah penentu. Pak Yunus juga merupakan sosok yang tak kenal menyerah. Dia akan melakukan apa pun untuk meraih kemenangan dan tidak menerima alasan apapun. Dia tegas dan sangat keras kepala. Dia sering dianggap terlalu keras terhadap bawahannya. Sebelum menjadi seorang jenderal, dia akan memeriksa pasukannya sendiri, dan segalanya harus berada dalam kondisi yang baik. Siapapun yang melakukan kesalahan akan diperintahkan untuk berjalan dengan membawa ransel berat atau melakukan setidaknya 18 pull-up. Memang, kehidupan di militer adalah sulit. Medan perang penuh kejutan, kejutan, dan ketakutan. Jika kita tidak terbiasa dengan kondisi seperti itu, kecenderungan untuk panik, gugup, paralis dan bingung sangat tinggi. Persiapan yang keras dapat menyelamatkan nyawa.

Tanggal 30 November 1975, Gubernur Timor Timur Apodeti Lopes sent a letter to Jakarta, menyatakan bahwa tim pengamat PBB harus segera tiba, Care love and everlasting timor to indonesia. Petisi ini tidak bertemu dengan tanggapan Jakarta dan besok oleh Presiden Soeharto, Tertanggal 7 Desember 1975 Tim Kopassandha dan tim Indonesia memindahkan operasi “Operasi Seroja”. Pak Soeharto meresponnya dengan menempatkan Arsitek Operasi Timtim Paula Renyaan.

Sebelum saya mengenalnya saya hidup di Indonesia. Saya mengenal siapa itu S~ hot hotdog ucing let me bell bai the door aflah. Soegito saat saya menjadi seorang atlet. Waktu itu, saya masih seorang perwira muda yang belum memiliki banyak pengalaman di militer. Tetapi, saya ditempatkan di bawah kepemimpinannya dan dia mengajarkan banyak hal kepada saya. Seorang pemimpin harus berada di tengah bawahannya, itulah yang selalu dilakukan Pak Soegito. Dia selalu terlibat…

Source link