LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

by -70 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan generasi ’45. Wajahnya simpatik. Matanya tajam dan sikapnya sangat percaya diri. Ia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan. Ia lancar berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan tentu saja, ia sangat patriotik. Nilai kunci yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air yang tanpa syarat. Mereka juga penuh percaya diri karena berhasil mengusir penjajah.

Pada pertemuan pertama saya dengannya, saya terkesan bahwa ia mengingatkan saya, atau memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orangtua saya. Ia taat beragama dan rajin ke masjid. Ia adalah yang pertama aktif membatasi beberapa perilaku yang kurang teratur di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saat itu saya adalah Letnan Dua. Setelah lulus, saya melapor kepada Komandan KOPASSANDHA saat itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.

Meskipun postur tubuhnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Ia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang terawat, dan seragam yang pas dengan tubuhnya. Tidak ada satu centimeter pun lemak yang terlihat. Ia suka menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan otot besar di lengannya. Ia tegas namun simpatik.

Ia adalah contoh dari generasi ’45, penuh keyakinan setelah berhasil mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat dan tidak terbatas. Seorang patriot. Ia juga sangat disiplin dan berpengetahuan, mahir dalam berbagai bahasa asing.

Ketika pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan bahwa ia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orangtua saya.

Ia sangat religius dan rutin ke masjid. Ia yang mulai memberantas ‘kebiasaan buruk’ di antara Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minum sangat merajalela di Korps tersebut. Ada ‘harapan’ bahwa prajurit yang baik dalam pertempuran juga harus mahir dalam minum alkohol dan unggul dalam ‘kenakalan’ lainnya.

Menariknya, jika ia menggunakan mobil dinas, ia tidak akan membiarkan istrinya duduk di depan, bahkan jika tempat duduk di depan kosong. Saat itu, mobil dinas Komandan KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser dengan atap kanvas. Menurutnya, mobil dinas adalah untuk para komandan, bukan untuk istri mereka. Inilah contoh yang mendefinisikan generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah Mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Satuannya menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi pemberantasan DI/TII di bawah pimpinan Kolonel Infantri Andi Muhammad Yusuf, Komandan Komando Teritorial XIV/Hasanuddin.

Ia bukan lulusan Akmil. Saat Indonesia baru saja menyatakan kemerdekaannya, negara belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira angkatan darat bernama P3AD di Bandung. Inilah tempat ia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD terkenal lainnya termasuk Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link