Petambak garam di wilayah Sampang masih belum mendapat perhatian yang memadai dari pemerintah, terutama dalam mengatasi pasar bebas garam tanpa standar harga yang jelas. Hal ini menyebabkan fluktuasi harga garam yang tajam, dengan kenaikan harga yang tidak mampu menutupi kerugian akibat penurunan sebelumnya. Seorang petambak garam, Slamet, mengungkapkan bahwa harga garam stagnan dan bahkan mengalami penurunan pada awal tahun 2025. Sementara itu, permasalahan garam melibatkan faktor-faktor seperti perang opini di kalangan pemroses garam yang merasa terancam oleh kebijakan penghentian impor garam. Pengusaha garam, Aufa Marom, menyambut baik saran Dirjen Putu untuk melakukan verifikasi teknis sebelum impor garam industri kembali dibuka, dengan tujuan mempertimbangkan dampak sosial-ekonomi bagi petani garam akibat teknologi baru. Aufa berharap Pemerintah Provinsi Jawa Timur segera mengatur Perda tentang tata niaga garam yang berkelanjutan, termasuk subsidi harga pokok produksi dan regulasi pasokan garam dari luar Jawa Timur yang memengaruhi harga pasar.
Penemuan Kesejahteraan Petambak Garam: Wawasan Harga Stabil
