Pasca Hari Kemerdekaan, dampak tarif yang signifikan sudah mulai terasa di pasar perusahaan-perusahaan Amerika. Tarif tersebut tidak hanya berdampak pada saham, namun juga pada pasar mobil. Masa depan harga mobil sangat tidak menentu, membuat produsen dan analis menghadapi tantangan dalam memprediksi dampak akhir tarif terhadap harga jual mobil baru. Analis memperkirakan penurunan penjualan dan kenaikan harga kendaraan, sementara merek-merek terbesar masih berusaha memperkirakan besaran biaya yang harus mereka tanggung.
Seiring dengan tarif yang mulai berlaku, para analis memperingatkan tentang perubahan signifikan dalam industri otomotif ke depan. Bank of America meramalkan penurunan volume penjualan mobil sebesar 15%, jika biaya tarif diteruskan kepada konsumen, penjualan dapat turun hingga 20%. Harga mobil baru pun diperkirakan akan naik, dengan perkiraan kenaikan mulai dari $2.500 hingga lebih dari $20.000 per kendaraan.
Produsen mobil dan analis pasar juga menghadapi ketidakpastian mengenai besaran tarif akhir yang harus mereka bayar. Tarif kumulatif yang diperkirakan akan meningkatkan harga kendaraan semakin menyulitkan para pelaku industri dalam menentukan strategi ke depan. Produsen mobil diharapkan untuk mengalihkan sebagian produksi ke AS untuk mengurangi dampak tarif, namun hal ini juga akan menimbulkan tantangan baru karena kapasitas pabrik perakitan AS sudah mencapai 70%.
Selain itu, pengecualian tarif USMCA yang diperpanjang juga menjadi pertanyaan tersendiri bagi industri otomotif. Keseluruhan rantai pasokan otomotif yang sangat kompleks dapat membuat produsen mobil mengalami beban finansial yang cukup besar. Dalam jangka panjang, biaya produksi yang lebih tinggi di AS dapat meningkatkan harga jual mobil tanpa memberikan manfaat yang signifikan kepada konsumen. Semua ini menunjukkan bahwa pasar otomotif Amerika menghadapi tantangan besar di tengah ketidakpastian ekonomi global.