Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan mengapa wilayah Jabodetabek mengalami cuaca panas beberapa hari terakhir. Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyebut bahwa wilayah Jabodetabek saat ini sedang mengalami masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau, yang disebut pancaroba. Selama periode ini, hujan umumnya terjadi pada siang hingga menjelang malam hari setelah udara hangat/terik pada pagi hingga siang, menyebabkan kondisi atmosfer menjadi labil.
Andri menambahkan bahwa pemanasan permukaan yang kuat dapat memicu pembentukan awan-awan konvektif, terutama awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat menyebabkan hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang. Pada masa pancaroba, karakteristik hujan cenderung tidak merata atau bersifat lokal dengan intensitas sedang hingga lebat, sering disertai kilat/petir dan angin kencang dalam durasi singkat.
Musim kemarau di wilayah Jabodetabek diprediksi akan dimulai mulai dari akhir April hingga Juni mendatang, dengan varian awal musim kemarau yang berbeda di setiap wilayah. Beberapa wilayah seperti Jakarta bagian utara, Bekasi, dan Tangerang diprediksi akan memulai musim kemarau lebih awal, sementara wilayah lainnya baru akan memasuki musim kemarau pada pertengahan Juni. Wilayah Jakarta bagian selatan, Depok, sebagian Kabupaten Bogor, dan sebagian Kota Bogor diproyeksikan akan memulai musim kemarau pada pertengahan Juni 2025.