Rotasi Bumi diperkirakan melaju lebih cepat pada Juli hingga Agustus 2025, membuat hari-hari dalam periode tersebut menjadi lebih pendek. Meskipun peningkatan kecepatan rotasi selama musim panas bukan hal baru, namun fenomena yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir masih menjadi misteri bagi para peneliti.
Rotasi Bumi telah mengalami perubahan signifikan seiring waktu. Saat ini, Bumi berotasi lebih dari 365 kali dalam satu orbit mengelilingi Matahari. Panjang hari sebenarnya sangat bervariasi sepanjang sejarah Bumi, dengan durasi revolusi Matahari berkisar antara 490 hingga 372 hari di masa lalu.
Banyak faktor yang memengaruhi kecepatan rotasi, termasuk perubahan permukaan air laut dan pergeseran di dalam Bumi. Namun, faktor terbesar adalah perlahan menjauhnya Bulan dari Bumi, menyebabkan perlambatan rotasi sekitar 1,8 milidetik per abad. Selain itu, Bulan juga dapat menjadi penyebab percepatan rotasi Bumi jika semakin dekat dengan ekuator Bumi.
Penelitian dari International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS) dan Observatorium Angkatan Laut Amerika Serikat memprediksi bahwa hari-hari pada Juli dan Agustus 2025 akan menjadi lebih pendek 1,30 milidetik. Hal ini dikaitkan dengan posisi Bulan yang berada pada jarak maksimum dari ekuator Bumi. Meskipun para astronom dapat memprediksi hari-hari yang lebih pendek, tren percepatan rotasi Bumi dalam beberapa tahun terakhir sedikit tidak terduga.
Faktor lain yang dapat memengaruhi rotasi Bumi adalah gempa bumi. Gempa besar seperti yang terjadi di Jepang pada 2011 dapat menggeser poros Bumi, memperpendek hari di Bumi, dan mengubah kecepatan rotasi Bumi. Secara keseluruhan, pengetahuan tentang rotasi Bumi terus berkembang, namun masih ada banyak misteri yang perlu dipecahkan untuk memahami fenomena ini dengan lebih baik.