Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Muhammad Yusuf

by -87 Views

Ditulis oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Saya telah sering mendengar nama Jenderal Muhammad Jusuf sebelum akhirnya bertemu dengannya. Beliau adalah sahabat dari orang tua saya. Kemungkinan karena keduanya memiliki semangat nasionalis dan juga berjuang melawan Belanda. Selain itu, saat orang tua saya menjabat Menteri Perdagangan, beliau menjadi Menteri Perindustrian.

Tetapi baru pada saat beliau melakukan inspeksi di Markas Komando Kopassus, Cijantung, saya bertemu dengan beliau. Saat itu, beliau baru saja diangkat menjadi Panglima TNI pada tahun 1978.

Ketika beliau masuk ke barak saya, beliau bertanya kepada saya, “Prabowo, apa kesulitan kompimu sekarang.” Saya menjawab, “Panglima, tidak ada air di kompiku.” Pada saat itu, Cijantung sedang mengalami kesulitan air.

Beliau langsung memerintahkan Laksda TNI Rudolf Kasenda, Asisten Logistik (Aslog) TNI saat itu. “Kasenda, buatkan pompa air untuk Kompi ini. Saya akan cek bulan depan.”

Dan benar, sebulan kemudian pompa dan menara air sudah tersedia. Jenderal Jusuf juga mengunjungi kompi-kompi dan batalyon-batalyon lainnya dan memberikan solusi langsung terhadap keluhan prajurit.

Beliau dikenal sangat peduli kepada prajurit. Bahkan beliau mengecek rumah tangga dan makanan prajurit. Pada masa itu, semua prajurit mendapat susu dan kacang hijau.

Dari beliau, saya belajar bahwa seorang pemimpin harus turun ke lapangan dan memberikan solusi langsung atas persoalan yang ada. Itulah mengapa Jenderal Muhammad Jusuf sangat dihormati, bahkan sampai dicium tangannya oleh bawahannya. Belum ada panglima lain seperti beliau.

Namun, sesudah kunjungan Pak Jusuf yang pertama itu, saya malah ditegur banyak senior karena melaporkan adanya kesulitan tersebut. Tetapi saya yakin bahwa kita dituntut untuk jujur kepada atasan. Terlebih lagi, sebagai komandan, saya harus bertanggung jawab kepada anak buah.

Saya bertemu lagi dengan beliau di Timor Timur. Saat itu, kami melaksanakan operasi pengejaran Presiden Fretilin, Nicolau dos Reis Lobato. Pasukan saya berhasil menyergap Lobato, dan mendapat penghargaan dari Jenderal Jusuf. Saya sangat terkesan dengan keputusan beliau yang memberi penghargaan atas prestasi anak buah di lapangan.

Selain itu, penampilan beliau yang sederhana dan rendah hati juga sangat mengesankan saya. Ketika saya berkunjung ke rumah beliau pada tahun 1982, saya melihat bahwa semua perabotan di rumahnya sangat sederhana. Jenderal Jusuf hidup dengan sangat sederhana, meskipun beliau pernah menjadi salah satu orang paling berkuasa di Indonesia.

Saya belajar dari Jenderal Jusuf bahwa sebagai komandan militer, Anda harus benar-benar tulus dan jujur kepada negara, anak buah, dan yang terpenting, kepada diri sendiri. Jenderal Jusuf adalah seorang prajurit, seorang Jenderal, dan seorang Komandan yang tidak ingin menyusahkan mantan bawahannya dengan meminta berbagai layanan. Beliau ingin mandiri dan berdiri di atas kedua kakinya sendiri.

Sumber: https://prabowosubianto.com/kepemimpinan-jenderal-tni-purn-muhammad-yusuf/

Source link