Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Himawan Soetanto: Sosok yang Memimpin dengan Teladan

by -138 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Pertama kali saya bertemu dengan Pak Himawan Soetanto saat masuk AKABRI pada tahun 1970. Saat itu beliau menjabat sebagai Wakil Gubernur AKABRI bidang operasi pendidikan.

Beliau adalah sosok yang sangat terdidik. Kemampuan Bahasa Inggris dan Belanda serta pengetahuan bahasa Jepangnya sangat baik. Hal ini karena pengalaman beliau saat masa penjajahan Jepang.

Selain itu, beliau juga gemar membaca buku-buku sejarah. Saya percaya bahwa pemimpin yang baik harus rajin membaca. Di rumah beliau, banyak terdapat buku-buku. Setiap kali bertemu, beliau selalu berdiskusi dengan saya tentang buku. Penampilannya selalu rapi, wajahnya penuh senyum, senang humor, tenang namun percaya diri, dan dekat dengan anak buah. Terlihat jelas bahwa beliau memiliki pengalaman tempur yang panjang.

Berbeda dengan atasan lain yang tidak memiliki banyak pengalaman tempur, beliau tetap santai dan dekat dengan anak buah. Beliau mengajarkan bahwa seorang komandan harus dekat dengan anak buahnya, dari mulai bangun pagi hingga tidur. Seorang komandan harus memeriksa kondisi anak buahnya secara detail, termasuk kamar mandi, dapur, dan pakaian dalam mereka.

Saya belajar banyak dari Pak Himawan Soetanto, termasuk kebiasaan mengecek detail dapur dan perlengkapan anak buah. Saya juga menemukan beberapa kasus korupsi di dapur, seperti pakaian dalam yang sudah tidak bersih dan jumlah daging yang tidak memadai untuk jumlah prajurit. Hal-hal kepemimpinan praktis ini saya pelajari dari beliau.

Karier Letnan Jenderal Himawan Soetanto sangat tersohor dan menjadi inspirasi di kalangan tentara. Saya sangat dekat dengannya, bahkan setelah beliau pensiun. Beliau adalah salah satu mentor saya dan saya sangat terharu saat beliau masih mencari saya pada saat-saat sebelum meninggal dunia.

Saya memiliki kenangan yang indah dengan beliau, dan merasa sangat dihormati karena beliau masih mencari saya meskipun sudah tidak bisa berbicara. Saya percaya bahwa beliau adalah jenderal sejati dan ini merupakan kehormatan besar bagi saya.